KOLABORASI MAKANAN TRADISIONAL DENGAN TEKNOLOGI : PENJUALAN NASI BAKAR DAN MIE AYAM LEWAT APLIKASI ONLINE

    Sulture – Makanan tradisional Indonesia semakin berinovasi dengan memanfaatkan teknologi yang ada seperti Shopee Food, GoFood, dan GrabFood. Mak Gin, seorang penjual nasi bakar di Jalan Gununganyar Kidul Gang 1 No. 16A, Surabaya, menjadi salah satu pelaku usaha yang sukses beradaptasi dengan tren ini. Berjualan nasi bakar secara online sejak 2021, Mak Gin 52 tahun memilih platform daring dikarenakan memiliki keterbatasan tempat untuk melayani pelanggan yang makan di tempat.

    Nasi bakar yang dijual Mak Gin dibantu dengan anaknya hadir dengan menu awal ayam suwir dan tongkol, yang menurutnya unik dan jarang ditemukan di tempat lain. "Nasi bakar masih jarang yang jual, jadi saya pilih jual itu," ujarnya. Menu tersebut mulai dikembangkan dengan menghadirkan varian varian lain seperti cumi dan teri. Meski berjualan di rumah, Mak Gin mampu meraup keuntungan bersih sekitar enam hingga delapan juta per bulan. Salah satu kelebihan berjualan secara online, menurut Mak Gin, adalah tidak perlu menyewa tempat sehingga biaya operasional bisa ditekan. "Lebih praktis dan bisa mengurangi pengeluaran," jelasnya.

 

    Namun, bukan tanpa tantangan. Mak Gin menyebutkan bahwa penjualan cenderung sepi saat hujan. "Kalau hujan, kadang sepi order," tambahnya. Meski begitu, keuntungan berjualan online lebih signifikan dibandingkan offline, mengingat pendapatannya jauh lebih besar dari penjualan dari  rumah yang terbatas.

 

    Di sisi lain, Bu Kus, tetangga Mak Gin yang menjual mie ayam dan bakso di Jalan Gununganyar Kidul Gang 1 No. 16C, Surabaya bersama suaminya, Pak Joko, sejak 1999, juga ikut memanfaatkan aplikasi online sejak 2020. Awalnya, mereka menjual bakso secara tradisional dan mendapatkan keuntungan lebih besar secara offline karena tidak ada potongan biaya dari platform online. "Untung lebih besar yang offline, kalau online kan ada potongan dari Shopee Food," ungkap Bu Kus. Namun, mereka tetap berjualan secara online karena pandemi COVID-19 yang memaksa mereka untuk menjaga jarak dengan pembeli. "Waktu korona itu supaya laku dan ikut tren juga, biar praktis," tambahnya.

    Bu Kus dan Pak Joko mendapatkan keuntungan sekitar empat juta per bulan dari penjualan secara online. Meskipun keuntungan offline masih lebih besar, mereka melihat peluang yang baik di platform digital ini. Dengan mengandalkan Shopee Food, mereka terus mempertahankan bisnisnya yang sudah berjalan lebih dari dua dekade.

(Alvy/Feb)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASJID CHENG HO : SIMBOL AKULTURASI BUDAYA TIONGKOK, JAWA, DAN ARAB DI SURABAYA

MENGGALI SEJARAH : HOTEL MAJAPAHIT SEBAGAI IKON PERHOTELAN DI JL. TUNJUNGAN SURABAYA

SIROPEN : KEMBANG GULA DI TENGAH KOTA LAMA