MENGGALI MAKNA SENI : PERSPEKTIF DARI SEORANG SENIMAN DI MUSEUM ALUN-ALUN SURABAYA

 

Sesi wawancara bersama Mbak Hence.

  SultureSeorang pelukis yang bernama Virgorina Hendrianti atau lebih akrab dipanggil Mbak Hence, lahir di Medan dengan darah asli Surabaya, yang memulai karier melukisnya dengan menjadikan melukis sebagai salah satu hobinya. Beliau sudah mulai menekuni bidang melukis sejak tahun 2010-2011 dengan belajar secara otodidak. Uniknya, beliau memulai pembelajaran melukis bukan dengan sketsa ataupun gambar-gambar dikertas, namun beliau langsung mencoba untuk belajar melukis menggunakan cat dan kanvas. Setelah berkutat lama dengan kuas dan kanvas, beliau akhirnya mulai masuk ke ranah pameran seni agar bisa memperlihatkan hasil karyanya didepan publik.

  Pada sesi interview yang kami lakukan, tim interview sedikit menanyakan kepada Mbak Hence tentang “Seni menurut Mbak Hence itu seperti apa sih?”. Beliau memulai jawabannya dengan mengatakan bahwa “Seni merupakan sebuah ungkapan rasa”, dalam dunia persenian, beliau menganggap bahwa rasa menjadi sebuah bahan dasar dari ter-produksinya sebuah karya seni, baik seni musik, seni lukis, seni sastra, dan golongan seni yang lain. Sehingga beliau berpendapat bahwa rasa itulah yang membedakan seorang seniman dengan seorang tukang gambar.

    
    Beliau sempat bercerita tentang sedikit perubahan dalam gaya melukisnya, sekitar tahun 2023 beliau sudah mulai belajar untuk menciptakan sebuah ciri khas dalam lukisannya. Meskipun pada fase awal berubahnya gaya melukis beliau menuai banyak kritikan, tetapi beliau menemukan sebuah kenyamanan dalam karya yang dihasilkan. Sehingga pada akhirnya karya-karya beliau tampil di depan publik dengan membawa ciri khas sebagai identitas dari karyanya.
    
    Setelah beberapa pertanyaan dari tim mulai terjawab, salah satu dari anggota tim bertanya “Pada era yang semakin digitalisasi ini juga membawa perubahan dalam dunia seni, termasuk seni digital atau desain grafis, bagaimana pandangan Mbak Hence menganai hal tersebut ?”. Beliau berpendapat bahwasanya baik seni modern ataupun tradisional itu memiliki art sense nya masing-masing, dan beberapa juga menyadari akan hal itu sehingga dua hal tersebut memiliki nilai dan penggemarnya sendiri. Beliau menyimpulkan bahwasanya baik seni digital ataupun seni tradisional akan dapat tetap berkembang dengan nilai dan karakteristiknya masing-masing.

    
      Di akhir sesi, beliau berpesan bahwa segala sesuatu yang indah itu bisa dilahirkan lewat sebuah proses, bukan hanya dengan memandang hasil akhirnya. Beliau menceritakan tentang sedikit proses dalam menjadi seorang pelukis professional, dimulai dengan menggambar satu lukisan setiap harinya, dan itu dilakukan secara konsisten sehingga dapat membuahkan hasil yang sangat spektakuler seperti sekarang. Tantangan beliau dalam melukis ternyata sangat unik, yaitu mood, karena beliau benar-benar menjadikan rasa sebagai warna utama dalam menggoreskan setiap kuas pada kanvas melukisnya. Bagi Mbak Hence, mood baik akan membawa hasil karya yang baik, dan mood buruk akan berpeluang besar untuk menciptakan karya yang buruk.

(Aksa/Uje)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASJID CHENG HO : SIMBOL AKULTURASI BUDAYA TIONGKOK, JAWA, DAN ARAB DI SURABAYA

MENGGALI SEJARAH : HOTEL MAJAPAHIT SEBAGAI IKON PERHOTELAN DI JL. TUNJUNGAN SURABAYA

SIROPEN : KEMBANG GULA DI TENGAH KOTA LAMA